Jika goweser ingin berkeringat tetapi memiliki waktu yang terbatas, pilihan alternatif trek Cibangkong, di Waringinkurung tampaknya sesuatu yang patut dipertimbangkan. Di sana terdapat sebuah warung yang menyediakan penganan yang khas, yaitu lupis cibangkong. Karena legenda kue inilah, maka warung ini menjadi tempat rehat para goweser dari sekitar Serang dan Cilegon. Bahkan, spanduk-spanduk beberapa komunitas sudah hadir di warung ini. Anehnya, punya SXC2 malah tidak ada.
Menuju ke sana, biasanya dari Serang kami melalui Jalan Raya Takari sampai dengan pertigaan Ds. Umbul Tengah yang di sana berdiri sebuah minimarket . Sekitar 635 m, jalanan memasuki Ds. Umbul Tengah, kita berbelok memasuki trak makadam. Trek menurun sampai dengan jembatan Umbul Tengah. Di beberapa bagian, batu-batuan yang melapisi jalan sudah terlepas. Di bagian lain, sisa-sisa beton pelapis jalan juga sudah mulai hancur tergerus air. Dari jembatan di ketinggian 62,2 m dpl, kami harus naik lagi sepanjang 2,79 km setinggi 88 m ke arah Desa Telaga Luhur, terus sampai perempatan Desa Binangun. Dijamin ngos-ngosan deh, apalagi kondisi jalan berlapis aspal sudah hancur. Ketinggian puncak bukit adalah 150,4 m dpl. Dari sini, tinggal turun saja ke warung lupis cibangkong (82 m dpl). Panjang turunan adalah 1,25 km setinggi 69 m. Bonus euy.
Selepas kenyang dengan lupis, trek kembali ke Serang dijamu dengan tanjakan sepanjang ‘hanya’ 850 m setinggi 53 m. Lumayan engap mengingat kondisi perut masih banyak isinya. Tapi, kita berprinsip gowes terus pantang mundur (lagian gimana mau mundur, shifter mundurnya juga gak ada.) Selebihnya, trek pulang tidak berbeda dengan kedatangan tadi.
Data GPS menunjukkan jarak sekitar 22,8 km dari tikum Alun-alun sampai kembali lagi ke Serang dan berhenti di pertigaan Jalan Cadika. Kecepatan maksimum yang bisa didapat sekitar 41 km/jam. Waktu gowes efektif 1 jam 42 menit. Kecepatan rata-rata 13,3km/jam. Tetapi, data ini adalah data rombongan belakang. Untuk data rombongan depan, pasti lebih tajam lagi.
Terima kasih.